Selasa, 29 Januari 2008

KUNJUNGAN GEORGE BUSH & KOMUDIKASI MEDIA

Di akui atau tidak dalam sepekan terakhir ini kunjungan balasan Presiden Amerika Serikat George W.Bush ke Indonesia telah menyita perhatian public dan menjadi agenda media massa di tanah air. Kunjungan George W.Bush ke negara-negara Asia termasuk Indonesia untuk menyakinkan bahwa Amerika Serikat tetap terlibat di kawasan Asia serta tidak akan merubah komitmen politik luar negerinya setelah partai Republik kehilangan control di Konggres karena kalah pemilu minggu lalu (Kompas,17/11/2006). Peristiwa itu ditangkap oleh media massa khususnya media cetak sebagai agenda media. Media mempublikasikan secara berulang ulang dengan meminta pendapat dari para pengamat dan komentator lain dari berbagai sisi pandang yang berbeda. Kemudian hasil wawancara itu di tampilkan secrara khusus di halaman utama (head line) dengan atribut photo yang cukup menonjol,berikut judul berita utama.
Kompas : Tidak Mau Mati Konyol Jangan Nerobos (19/11).Steril Kawasan Sekitar Istana (20/11).Bush Tak Kaget Di Demo Luas (21/11). Jawa Pos : Amerika Rayu Tokoh Islam (19/11).Bush Tak Ubah Politik Luar negerinya (19/11). (Not),Welcome,Bush?. Bush Hanya Tebar Pujian.Suara Merdeka : Sesalkan Sorotan Soal Bush (18/11). Jam Malam Di Berlakukan di Bogor 19/11. Pastikan Tidak Di Dekte (20/11). Bush Bahas teroris dan Sunami (20/11).Kedaulan Rakyat,: Demonstran Siap Hadang Bush (20/11) .Amerika Serikan Bantu Bratas Korupsi (21/11).
Pada dasarnya “media memiliki dua wajah, sebagai institusi bisnis dan institusi social yang mana kedua sifat ini mempunyai implikasi dalam orientasi keberadaannya. Sebagai institusi bisnis media sama halnya dengan korporasi menjalankan operasinya dengan orientasi ke dalam untuk kepentingan sendiri. Sedangkan untuk menjalankan fungsinya sebagai institusi social media berorientasi keluar untuk kepentingan masyarakat (Ashadi, 2006:95), dan tulisan ini berangkankat dari dua konsep tersebut.

Media Cetak Sebagai Institusi Bisnis
Dalam konteks kunjungan George W.Bush,ke Indonesia 20 Nopember 2006 di anggap sebagai sebuah peristiwa yang sangat penting oleh media massa (budaya media) sehingga mendapatkan perhatian khusus di banding peristiwa lainnya. Mediasi peristiwa budaya di media dalam masyarakat modern setidaknya memenuhi beberapa kreteria diantaranya, (1).komersialisasi dan komodifikasi kebudayaan bertumpu pada propit oriented (populis, laku dijual,actual, kontroversi, menarik dll). (2).produk budaya mencakup kelompok social yang lebih luas,dan mengartikulasikan posisi yang bertentangan dan mendorong resistensi. Kedua katagori tersebut telah terwakili oleh liputan media (cetak) ketika Presiden Amerika Serikat berkunjung ke Istana Bogor tgl.20 Nopember 2006 pekan lalu.
Di sini media menempatkan khalayak pembaca sebagai konsumen bukan sebagai warga masyarakat, sehingga khalayak pembaca dipaksa dan didorong untuk mengkonsumsi produk budaya media yang bersangkutan. Maka dari itu apa yang dianggap menarik bagi media adalah apa yang popular atau laku di masyarakat. Dengan demikian tujuan ideal media untuk memberikan informasi,pengetahuan, dan pendidikan kepada masyarakat telah terkalahkan oleh kepentingan komersialisasi. Kondisi semacam inilah yang menurut Robert Mac Chesney (2000:15) disebut sebagai hyper-commercialism of culture,dimana media dikelola sebagai layaknya perusahaan korporasi yang seluruh ukuran keberhasilannya ditentukan oleh profesionalisme dan propit.
Media Cetak Sebagai Institusi Sosial
Dalam konteks ini media dapat dilihat dari dua sisi, yakni sebagai pembentuk masyarakat dan sebagai cermin yang memantulkan kondisi masyarakat (Ashadi,2006:94). Jika mendasarkan kedua konsep tersebut maka kunjungan George W.Bush dapat di maknai sebagai peristiwa social budaya masyarakat yang tercermin dalam media. Gencarnya penolakan terhadap tokoh kapiun dari Paman Sam tersebut tidak lepas dari perilaku dan sepak terjang kebijakan politik dan ekonomi AS yang sebagian besar telah merugikan negara-negara kawasan Timur Tengah dan Asia,khususnya masyarakat muslim. Ketidak adilan perlakuan kebijakan politik luar negeri dan ekonomi AS itulah yang memicu sebagian besar aksi demonstrasi dan unjukrasa masyarakat yang tercermin dalam berbagai liputan media pada dua pecan terakhir ini.
Atas peristiwa tersebut media (cetak) mampu membentuk opini public tentang penolakan masyarakat Islam terhadap kedatangan George W.Bush di Idonesia pecan lalu.Penolakan itu di wakili oleh kedua tokoh organisasi Islam dari Nandhlatul Ulama (NU) Hasim Muzadi dan Muhamadiyah Din Syamsudin serta ormas Islam lainnya.

Penutup
Kunjungan George W.Bush ke Indonesia telah menjadi peristiwa besar kalangan media,yang bisa dimaknai sebagai sebagai proses dinamis perkembangan budaya media,hal ini tidak lepas dari adanya berbagai kepentingan baik ekonomi, politik dan social dari media dan khalayaknya.